Nama : Deviana Wijaya
NPM : 11211940
Kelas : 3EA19
1. Berfikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris
deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum,
menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di
tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Metode berpikir deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
a. Definisi Silogisme Kategorial,
Hipotesis dan Alternative
Silogisme kategorial adalah silogisme yang
semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme
disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor
(premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya
menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
·
Apabila
salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal
dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan
tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan
tidak halal dimakan (konklusi).
·
Apabila
salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian pejabat
korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat
tidak disenangi (konklusi).
·
Apabila
kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah
politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat
kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian).
Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
b. Definisi Entimen
Di
atas telah disinggung bahwa silogisme jarang sekali ditemukan di dalam
kehidupan sehari-hari. Di dalam tulisan pun, bentuk itu hampir tidak pernah
digunakan. Bentuk yang biasa ditemukan dan dipakai ialah bentuk entimem.
Entimem ini pada dasarnya adalah silogisme. Tetapi, di dalam entimem salah satu
premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
Menipu
adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat
di atas dapat dipenggal menjadi dua:
a.
menipu adalah dosa
b.
karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat
a merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b adalah premis minor (karena bersifat
khusus). Maka silogisme dapat disusun:
Mn
: menipu
merugikan orang lain
K
:menipu
adalah dosa.
Dalam
kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk
melengkapinya kita harus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih umum,
jadi tidak mungkin subjeknva “menipu”. Kita dapat menalar kembali dan
menemukan premis mayornya: Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.
Untuk mengubah entimem menjadi silogisme, mula-mula kita cari dulu ke-
simpulannya. Kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah kata-kata seperti jadi.
Maka,
karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, kita temukan apa
premis yang dihilangkan.
Contoh
lain:
Pada
malam hari tidak ada matahari, jadi tidak mungkin terjadi proses fotosintesis.
Bagaimana
bentuk silogismenya?
My : Proses fotosintesis
memerlukan sinar matahari
Mn
: Pada malam hari tidak
ada matahari
K : Pada malam hari tidak
mungkin ada fotosintesis.
Sebaiknya,
kita juga dapat mengubah silogisme ke dalam entimem, yaitu dengan menghilangkan
salah satu premisnya.
Contoh:
My
:
Anak-anak yang berumur di atas sebelas tahun telah mampu berpikirformal.
Mn
: Siswa
kelas VI di Indonesia telah berumur lebih dari sebelas tahun
K
: Siswa
kelas VI di Indonesia telah mampu berfikir formal
Kalau
dihilangkan premis mayornya entimemnya akan berbunyi “siswa kelas VI di Indonesia telah
berumur lebih dari sebelas tahun, jadi mereka mampu berpikir formal”. Atau dapat juga “Anak-anak kelas VI di Indonesia
telah mampu berpikir formal karena mereka telah berumur lebih dari sebelas
tahun”. Kalau
dihilangkan premis minornya menjadi “Anak-anak yang berumur di atas sebelas tahun telah
mampu berpikir formal; karena itu siswa kelas VI telah mampu berpikir formal.
2. Berfikir Induktif
Induktif.
Apakah yang dimaksud dengan penalaran atau berfikir secara Induktif? Berfikir
secara induktif merupakan suatu cara berfikir dengan mendasarkan pada
pengalaman pengalaman yang diulang ulang. Bisa juga merupakan sebuah kumpulan
fakta yang berserakan yang kemudian kita cari kesesuaian diantara fakta-fakta
tersebut sehingga masing masing fakta memiliki keterkaitan satu sama lain.
Dengan demikian berfikir secara induktif merupakan suatu rekayasa dari berbagai
macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi suatu
penalaran tunggal yang menggabungkan kasus kasus khusus tersebut kedalam suatu
bentuk pemahaman yang umum. Secara singkat berfikir secara induktif berarti
berfikir dari kasus khusus menjadi kasus umum.
a. Definisi Generalisasi
Generalisasi
Adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual
(khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan
fenomena individual yang diselidiki.
Contoh
:
Tamara
Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Nia
Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi:
Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan
“semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas
karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh
kesalahannya:
Omas
juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Jenis-jenis
generalisasi :
·
Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif
Adalah
generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi atas dasar penyimpulan yang
telah diselidiki.
Contoh:
data survey LSM
·
Generalisasi Dengan Loncatan Induktif
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil
dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena
yang belum diselidiki.
contoh: Hampir seluruh partai
mendapat pendapatan dari hasil korupsi.
b. Definisi Analogi
Analogi dalam
ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan
kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri,
pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
c. Contoh Paragraf
Sebab-Akibat ;
Banyak
sekali kasus penebangan hutan liar yang terjadi 10 tahun belakangan. Pemerintah
sudah mengeluarkan berbagai aturan untuk menghukum para penebang liar. Namun
faktanya penebangan liar terus terjadi sehingga merugikan banyak pihak. Akibat
dari penebangan liar tanah tidak mampu menyerap air dengan baik dan juga tanah
tidak adalagi yang mengikat. Olehkarena itu tiap datang musim hutan selalu
terjadi bencana banjir dan juga tanah longsor.
Akibat-Sebab
:
Bencana
banjir banyak terjadi dimana-mana sekarang. Bencana banjir tidak hanya melanda
daerah dataran rendah yang memang sudah menjadi langganan banjir, namun
beberapa daerah di dataran tinggi juga dilanda musibah banjir. Kira-kira 20
tahun yang lalu, Bandung termasuk wilayah yang ebas banjir. Namun apa yang
terjadi sekarang? setiap musim hujan tiba dan terjadi hujan deras dalam
beberapa jam, sudah bisa dipastikan banyak wilayah di Bandung yang tergenang
banjir. Begitu juga dengan beberapa wilayah di Sulawesi yang akhir-akhir ini
dilanda banjir bandang. Padahal Sulawesi termasuk wilayah dengan jumlah hutan
yang tidak bisa dibilang sedikit. Pembalakan hutan secara liar, pembangunan
wilayah yang tidak memperhatikan sistem drainase merupakan dua penyebab utama
bencana banjir yang banyak terjadi belakangan ini.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar